Sebenarnya Apa Itu Rasio Keuangan Bagi Sebuah Bisnis? (Bagian 2)

Pada artikel sebelumnya  telah dijelaskan tentang dijelaskan mengenai Rasio Keuangan bagi bisnis disini dari segi kegunaan, keunggulan dan kelemahan dari rasio keuangan untuk artikel saat ini akan membahas rumus dari masing-masing rasio secara umum.

Rasio Likuiditas

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya dalam jangka pendek.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :

A. Current Ratio

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio:

Current Ratio = (Aktiva Lancar / Hutang Lancar) X 100%

Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin hutang lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada kreditor.

B. Quick Ratio atau Acid Test Ratio

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio:

Quick Ratio = ((Kas + Efek + Piutang) / Hutang Lancar) X 100%

Yang termasuk dalam liquid asset adalah Kas/Cash, Kas di bank, harta setara kas, surat berharga, dan piutang lancar. Yakni yang dapat dicairkan dalam 90 hari.  Persediaan barang dagang/inventory dan biaya dibayar di muka/prepaid expense tidak termasuk liquid asset

  • Pada Sleekr Accounting rasio dari kelompok ini yang sudah terimplementasikan  Current Ratio , Quick Ratio atau Acid Test Ratio.

Adapun jenis rasio lain yang masih tergabung dalam kelompok ini antara lain :

C. Cash Ratio

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio:

Cash Ratio = ((Kas + Efek) / Hutang Lancar) X 100%

Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :

A. Gross Profit Margin

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin:

Gross Profit Margin = ((Penjualan Netto – HPP) / Penjualan Netto) X 100%

B. Net Profit Margin

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin:

Net Profit Margin = (Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto) X 100%

C. Return on Equity (ROE)

Return on Equity mengukur kemampuan menghasilkan laba dari investasi yang dilakukan pemilik usaha/pemegang saham. Bisa juga dipahami berapa keuntungan yang dihasilkan dari setiap Rupiah yang diivestasikan di perusahaan. Rasio ini menggunakan sudut pandang investor/pemilik usaha yang memperlihatkan seberapa efisien menggunakan modal pemilik untuk menghasilkan laba.

Rumus menghitung Return on Equity (ROE):

Return on Equity (ROE) = (EAT / Jumlah Equity) X 100%

D. Return on Asset (ROA)

ROA   merupakan   rasio yang  mengukur kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dengan membandingkan pendapatan dengan aktiva yang dipakai  perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Hasil perhitungan rasio ini menunjukkan efektivitas dari manajemen dalam menghasilkan profit yang berkaitan dengan ketersediaan asset perusahaan. ROA ( Return On Total Assets ) 20% berarti setiap Rp 1 modal menghasilkan keuntungan Rp 0,2 untuk semua investor. Nilai ROA yang semakin mendekati 1 , berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba.

Rumus menghitung Return on Asset (ROA):

Return on Asset (ROA) = (EAT / Jumlah Asset) X 100%

  • Pada Sleekr Accounting, rasio dari kelompok ini yang sudah terimplementasikan  Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA)

Adapun jenis rasio lain yang masih tergabung dalam kelompok ini antara lain :

E. Operating Income Ratio

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio:

Operating Income Ratio = ((Penjualan Netto – HPP) – Biaya Administrasi & Umum (EBIT)) / Penjualan Netto) X 100%

F. Earning Power of Total Investment

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:

Earning Power of Total Investment = (EBIT / Jumlah Aktiva) X 100%

G. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio

Rasio untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):

Rate of Return Investment (ROI) = (EAT / Jumlah Aktiva) X 100%

H. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners

Rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham.

Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:

Rate of Return on Net Worth = (EAT / Jumlah Modal Sendiri) X 100%

Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang. Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

A. Total Debt to Assets Ratio

Debt to Asset Ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar seluruh hutangnya (total liabilities) dengan menggunakan seluruh hartanya (total assets). Ini seandainya perusahaan menutup usahanya dan menjual seluruh asetnya untuk melunasi seluruh kewajibannya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:

Total Debt to Assets Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) X 100%

Jika hasil dari perhitungan Debt to Asset Ratio  menghasilkan nilai di bawah 1 maka tidak semua hutang lancar dapat dilunasi. Sementara jika nilai di atas 1 maka setelah melunasi hutang lancar, akan ada nilai harta lancar yang tersisa. Perlu dipahami juga bahwa aset perusahaan saat dijual nilainya sangat mungkin berbeda dengan yang tertera di pembukuan.

B. Total Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio membandingkan komposisi hutang dengan modal dalam suatu perusahaan.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:

Total Debt to Assets Ratio = (Total Hutang / Modal Sendiri) X 100%

Debt to Equity Ratio yang menghasilkan 2 : 1 menunjukkan jika nilaiaset perusahaan adalah Rp. 10 juta, maka 66,7% dari aset tersebut berasal dari hutang sementara 33,3% sisanya berasal dari modal pemilik. Semakin besar porsi hutang, biasanya pihak bank akan lebih berhati-hati saat menganalisa pinjaman.

Rasio Aktifitas atau Activity Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

A. Days of Receivable (Average Collection Period Ratio)

Rasio untuk mengukur  berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:

Average Collection Period Ratio = (Piutang / Penjualan) x 365

B. Days of Inventory

Dikenal juga sebagai Days Sales of Inventory Days of Inventory mengukur berapa hari yang dibutuhkan untuk menjual seluruh persediaan/inventory yang tersedia. Days of Inventory yang semakin singkat menunjukkan barang dagang yang dimiliki perusahaan lebih cepat terjual. Ini berarti semakin rendah semakin baik karena yang diharapkan adalah barang yang cepat terjual. Untuk bisa dikatakan suatu perusahaan cepat atau lambat dalam menjual barang harus dibandingkan dengan rata-rata usaha sejenis.

Rumus menghitung Days of Inventory:

Days of Inventory = (Inventory / COGS)  x 365

C. Days of payable

dikenal juga sebagai Days Payable Outstanding menunjukkan rata-rata hari yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar hutang dagang dari pembelian yang dilakukan. Jika suatu perusahaan selalu melakukan pembelian secara tunai maka Days of Payable akan menghasilkan angka 0 hari.

Rumus menghitung Days of payable :

Days of payable = (hutang / harga pokok penjualan) x 365

  • Pada Sleekr Accounting, rasio dari kelompok ini yang sudah terimplementasikan  Average Collection Period Ratio (Days of Receivable), Days of Inventory, Days of payable

Adapun jenis rasio lain yang masih tergabung dalam kelompok ini antara lain :

D. Total Assets Turn Over

Rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:

Total Assets Turn Over Ratio = (Penjualan  / Total Aktiva) X 100%

E. Working Capital Turn Over

rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:

Working Capital Turn Over Ratio = (Penjualan  / Modal Kerja Bersih) X 100%

F. Fixed Assets Turn Over

Rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:

Fixed Assets Turn Over Ratio = (Penjualan  / Aktiva Tetap) X 100%

G. Inventory Turn Over

Rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang efisien.

Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:

Inventory Turn Over Ratio = (Penjualan  / Persediaan) X 100%

H. Receivable Turn Over

Rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:

Receivable Turn Over Ratio = (Penjualan  / Piutang Rata-Rata) X 100%

WhatsApp WhatsApp Sales