Bagi yang sedang atau pernah mempelajari tentang akuntansi, Anda pasti pernah bertemu dengan istilah harga pokok penjualan dan harga jual. Karena sama-sama mengandung kata “jual”, banyak orang yang merasa bingung dan akhirnya menganggap keduanya sama. Padahal, harga pokok penjualan dan harga jual memiliki arti dan penghitungan yang berbeda. Berikut penjelasannya.
Apa perbedaan antara harga pokok penjualan dan harga beli? (Source: Pixabay)
-
Harga Pokok Penjualan
Disebut juga dengan Cost of Goods Sold (COGS), harga pokok penjualan (HPP) mengacu pada seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang dijual. Umumnya, HPP mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Tujuan dari penghitungan HPP adalah untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dalam produksi barang dan jasa. HPP muncul pada laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya dan memiliki beberapa komponen berikut:
Persediaan awal barang dagangan – persediaan barang dagangan yang ada pada awal periode atau tahun buku berjalan.
Persediaan akhir barang dagangan – persediaan barang dagangan yang terdapat pada akhir periode atau tahun buku berjalan.
Pembelian bersih – seluruh pembelian barang dagangan yang dilakukan oleh perusahaan, baik secara tunai atau kredit, ditambah dengan biaya angkut pembelian, lalu dikurangi oleh potongan pembelian atau retur pembelian.
-
Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan
Untuk menentukan HPP, Anda bisa menggunakan rumus di bawah ini:
HPP = barang tersedia untuk dijual – persediaan akhir
Keterangan:
- Barang tersedia untuk dijual = persediaan barang dagangan awal + pembelian bersih
- Pembelian bersih = (pembelian + biaya angkut pembelian) – (retur pembelian + potongan pembelian)
Contoh:
PT XYZ, Jakarta 1 Januari 2017
– Persediaan barang dagangan (awal) : Rp 10.000.000
– Pembelian : Rp 50.000.000
– Beban angkut pembelian : Rp 1.000.000
– Retur pembelian : Rp 2.000.000
– Potongan pembelian : Rp 1.500.000
– Persediaan barang dagangan (akhir) : Rp 5.000.000
Penghitungan HPP:
– Pembelian bersih = (Rp 50.000.000 + Rp 1.000.000) – (Rp2.000.000 + Rp 1.500.000) = Rp 47.500.000
– Barang tersedia untuk dijual = Rp 10.000.000 + Rp 47.500.000 = Rp 57.500.000
– Harga pokok penjualan = Rp 57.500.000 – Rp 5.000.000 = Rp 52.500.000
Dengan menghitung HPP, Anda bisa menentukan harga jual yang pas untuk dibebankan kepada konsumen. Di sisi lain, HPP juga dapat membantu Anda untuk mengetahui laba yang diinginkan oleh perusahaan. Jadi, jika harga jual lebih besar dari HPP, maka bisnis akan menghasilkan laba. Sebaliknya, jika harga jual lebih rendah dari HPP, maka kemungkinan besar bisnis akan mengalami kerugian.
Harga pokok penjualan mengacu pada seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang dijual. (Source: Pixabay)
-
Harga Jual
Sementara itu, harga jual merupakan besaran harga yang dibebankan kepada konsumen. Besaran harga jual didapatkan dari penghitungan biaya produksi ditambah biaya non-produksi serta laba yang diharapkan. Nah, untuk menentukan harga jual, umumnya ada dua metode yang biasanya diterapkan, yaitu:
Penetapan harga biaya plus
Menentukan harga biaya plus atau cost-plus pricing method bisa dilakukan dengan rumus berikut:
Harga jual = biaya total + margin
Sebagai contoh, anggaplah usaha tas kecil Anda mendapatkan order sebanyak 100 buah untuk souvenir pernikahan. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tas tersebut diperkirakan sebanyak Rp 5.000.000. Riniciannya sebagai berikut:
- Biaya bahan baku : Rp 3.500.000
- Biaya tenaga kerja : Rp 1.000.000
- Biaya lain-lain : Rp 500.000
Jika Anda menginginkan laba sebesar 10% dari biaya total, maka:
Harga total: biaya total + laba = Rp 5.000.000 + (10% x Rp 5.000.000) = Rp 5.500.000
Dengan demikian, harga setiap tas kecil yang dijual adalah sebesar Rp 55.000.
-
Penetapan harga mark up
Metode ini lebih banyak digunakan oleh pebisnis karena caranya yang cenderung lebih sederhana. Mark up adalah kelebihan harga jual dari harga beli. Misalnya, Anda mempunyai toko makeup. Anda membeli salah satu produk makeup seharga Rp 200.000. Karena ingin mendapatkan keuntungan sebesar Rp 50.000, Anda pun menjualnya seharga Rp 250.000 (Rp 200.000 + Rp 50.000).
Apakah kini Anda sudah bisa membedakan antara harga pokok penjualan dan harga jual? Semoga ulasan di atas bisa membantu Anda memahami keduanya agar tidak lagi bingung saat membuat laporan keuangan bisnis. Untuk dapat membantu Anda dalam mengelola keuangan dan akuntansi perusahaan Anda, gunakan Mekari Jurnal. Untuk mengetahui info selengkapnya segera hubungi tim Jurnal sekarang di sini.