Perbedaan biaya dan beban harus dipahami oleh setiap pemilik bisnis. Dalam menjalankan sebuah bisnis, salah satu hal penting yang tidak boleh ditinggalkan adalah menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan ini meliputi biaya pengeluaran dan juga pemasukan. Bagi Anda yang tidak memiliki latar belakang ilmu akuntansi, mungkin akan merasa kebingungan ketika menyusunnya, terutama mengenai pengeluaran. Di dalam ilmu akuntansi, ada yang namanya biaya (cost) dan beban (expense). Nah, kedua hal ini sering dianggap sama padahal dalam ilmu akuntansi, kedua hal ini berbeda.
Berikut perbedaan biaya dan beban dalam akuntansi bisnis.
-
Pengertian
Perbedaan biaya dan beban yang pertama adalah dari pengertiannya sendiri. Dalam akuntansi, biaya memiliki dua pengertian. Dalam arti sempit, biaya diartikan sebagai sumber ekonomi yang harus dikeluarkan demi kelangsungan usaha yang dilakukan, sedangkan dalam artian luas, beban adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk hal yang telah maupun akan terjadi. Beban merupakan penurunan nilai ekonomi yang berupa pengeluaran uang atau penyusutan nilai aktiva.
Baca juga : 4 Pilar Utama Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
-
Letak dalam Laporan
Walaupun sama-sama pengeluaran, tetapi letak penulisan keduanya berbeda. Biaya digunakan dalam penyusunan neraca. Biaya ini belum digunakan tetapi dianggap akan memberikan manfaat di masa mendatang sehingga dimasukkan ke dalam aktiva. Sedangkan, beban dimasukkan dalam penyusunan laporan laba-rugi karena sudah terpakai dan dianggap tidak dapat memberi manfaat di masa depan.
Baca juga: Bagaimana Cara Membaca Laporan Keuangan yang Benar?
-
Periode Akuntansi
Biaya pada umumnya dianggap sebagai pengeluaran modal sehingga periode akuntansinya lebih dari satu tahun. Sedangkan beban diambil dari pengeluaran pendapatan dan jumlahnya tidak sebesar biaya sehingga memiliki periode akuntansi kurang dari satu tahun.
Baca juga : 5 Tips Kelola Keuangan Bisnis Tanpa Harus Paham Akuntansi
- Contoh Kasus
Agar Anda lebih memahami apa itu biaya dan beban, berikut sebuah contoh kasus yang bisa dipelajari.
Untuk memperoleh penghasilan tambahan, Bu Nanik membuka usaha kecil-kecilan berdagang kue kering. Kue kering ini dibuatnya sendiri dengan bantuan anak-anaknya. Ternyata, kue yang dibuat oleh Bu Nanik ini enak sehingga banyak orang yang suka. Lambat laun, usahanya mengalami perkembangan dan pelanggannya pun merambah sampai ke desa tetangga. Untuk melakukan pengiriman kue ke desa tetangga tersebut, Bu Nanik harus membeli motor baru karena motor yang ada di rumah telah dipakai anaknya untuk bekerja. Setelah membeli motor baru seharga Rp15.000.000,- secara kontan, kini Bu Nanik harus mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp100.000,- setiap bulannya untuk bahan bakar. Tiga bulan kemudian, Bu Nanik harus membawa motor ini ke bengkel untuk mengganti akinya karena rusak dan harus mengeluarkan biaya sebesar Rp200.000.
Analisis :
Motor diperlukan untuk menunjang kelangsungan bisnis sehingga Bu Nanik harus mengorbankan uang untuk mendapatkannya. Ini yang disebut biaya. Sedangkan untuk memperoleh manfaat dari barang dan jasa tersebut, Bu Nanik harus mengeluarkan beban untuk membeli bahan bakar. Dari kasus di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa besarnya biaya adalah Rp15.000.000, – . Jumlah ini harus ditulis Bu Nanik di dalam neraca. Sedangkan bebannya sebesar Rp100.000,- dan Rp200.000,- sehingga totalnya menjadi Rp300.000,-. Jumlah ini ditulis Bu Nanik dalam laporan laba-rugi.
Nah, sudah paham perbedaan biaya dan beban? Tidak perlu lagi bingung. Intinya, biaya adalah nominal yang harus Anda keluarkan untuk membeli aset perusahaan, bisa dianggap sebagai modal, dan jumlahnya pun besar. Karena dianggap sebagai aktiva, maka ditulis di neraca. Sebaliknya, beban adalah nominal yang harus Anda keluarkan karena adanya penyusutan dari aset tersebut dan karena beban ini diambil dari pengeluaran, maka dimasukkan ke dalam laporan laba-rugi. Agar tidak bingung menyusunnya, gunakan software akuntansi seperti Mekari Jurnal. Cari tahu bagaimana Mekari Jurnal dapat membantu Anda di sini.