Terjadinya krisis, permasalahan internal karyawan dan manajer, proses merger antar perusahaan, pergantian kepemimpinan perusahaan serta perkembangan teknologi, setiap hal ini bisa menjadi pemicu terjadinya perubahan budaya kerja di perusahaan. Respon yang tepat dan akurat perlu dilakukan, agar perubahan yang terjadi bisa mengarah pada perusahaan yang lebih baik.
Berubahnya budaya kerja akan membawa pengaruh untuk setiap bagian perusahaan. Karyawan, sistem kerja, produksi, hubungan dengan klien, hingga sampai pada proses mendasar seperti administrasi. Perubahan ini tidak terjadi serta merta, melainkan secara bertahap. Sebagai HR, kepekaan terhadap hal ini perlu dimiliki agar tidak terlambat untuk melakukan perubahan yang diperlukan.
Sebenarnya perubahan budaya kerja bukan hanya tanggung jawab divisi HR namun menjadi tanggung jawab setiap bagian dari perusahaan. Perubahan budaya yang lebih baik diperlukan agar perusahaan tetap bisa berkembang dan mempertahankan keberadaannya di dunia industri. Dalam melakukan perubahan, terdapat serangkaian tantangan yang pasti akan dihadapi HR.
Tantangan ini, sekali lagi, perlu disikapi dengan perhitungan yang cermat serta pembacaan kondisi yang baik. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi ketika HR ingin melakukan perubahan budaya di lingkungan kerja. Berikut jabaran hambatan, beserta solusi yang bisa menjadi opsi untuk HR dalam menyikapi hambatan tersebut.
-
Penolakan Terhadap Perubahan
Setiap perubahan tentu akan menghadapi hambatan ini. Kondisi yang telah ada dan ‘dinikmati’ setiap bagian perusahaan biasanya menjadi alasan utama penolakan ini. Hal ini disertai dengan ketakutan bahwa perubahan yang terjadi akan berdampak buruk secara personal untuk karyawan sehingga karyawan cenderung menolak perubahan ini.
Solusi utama dari permasalahan ini adalah komunikasi yang baik. Setiap perubahan yang ingin dilakukan, sebaiknya dikomunikasikan dengan baik kepada setiap karyawan agar karyawan memahami urgensi perubahan tersebut. Berikan insight secara mendalam, sehingga karyawan bisa melihat tujuan besar dibalik perubahan budaya kerja yang akan dilakukan.
-
Kurangnya Keinginan untuk Berubah
Langkah awal untuk melakukan perubahan adalah mendapatkan dukungan dari level eksekutif dari perusahaan. Ketika level eksekutif menyetujui perubahan yang akan dilakukan, maka penerapan perubahan yang direncanakan bisa lebih mudah karena setiap staff eksekutif akan turut serta membantu pada level di bawahnya.
Terkadang hal ini menjadi sedikit sulit ketika level eksekutif ‘menolak’ perubahan yang direncanakan. Comfort zone yang tercipta dan kurangnya keinginan untuk melakukan perubahan menjadi problem utama. Hal ini sangat awam terjadi pada staf dengan usia yang cukup senior serta pikiran yang masih konservatif.
Pendekatan secara personal dan profesional perlu dilakukan dengan intens. staff senior biasanya mengandalkan pengalaman yang dimiliki, padahal tidak semua staff senior pernah mengalami revolusi industri dengan orientasi pada optimalisasi sistem informasi berlandaskan teknologi internet. Hal ini yang perlu disampaikan dan dimengerti oleh staf senior tersebut agar perubahan bisa diterapkan lebih mudah.
-
Minimnya Rasa Memiliki
Perubahan budaya dalam perusahaan, tidak hanya tanggung jawab dari staf HR saja, namun juga menjadi tanggung jawab setiap staf perusahaan. Seringkali hal ini menemui hambatan ketika staf perusahaan kurang memiliki sense of ownership. Artinya staf tidak merasa ikut memiliki dan menjadi bagian dari perusahaan tersebut.
Hal ini jelas membuat kerja HR semakin berat karena harus melakukan perubahan secara sepihak. Hambatan ini bisa disikapi dengan pemberian pengertian yang jelas pada perubahan yang akan terjadi, dan bahwa partisipasi setiap karyawan diperlukan dalam rangka menerapkan perubahan ini. Berikan kesan pada setiap karyawan bahwa mereka memiliki peran vital dalam perubahan, sehingga perusahaan dapat berubah menjadi lebih baik lagi.
-
Risiko Kehilangan Status Quo
Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, karyawan yang sudah bekerja dalam kurun waktu tertentu cenderung akan menikmati kondisi yang ada. Karyawan seperti ini akan menjadi hambatan ketika perubahan baru terkait budaya perusahaan diterapkan. Mereka akan melawan perubahan ini karena dianggap berisiko menghilangkan apa yang sudah mereka kenal.
Kemampuan adaptasi karyawan dan negosiasi HR akan sangat dituntut untuk menghadapi situasi ini. Kepandaian HR dalam mengarahkan dan memberi pengertian harus menjadi senjata utama, agar karyawan mau menerima perubahan yang akan diterapkan. Perubahan yang dilakukan juga tidak bisa serta merta terjadi, karena tentu penolakan keras juga akan muncul.
Lakukan perubahan secara bertahap sehingga karyawan dapat melihat efek positif dari perubahan yang terjadi. Dengan melihat dampak positif ini, sikap karyawan bisa turut berubah, dari menolak menjadi mendukung perubahan. Dengan demikian perubahan budaya kerja bisa diterapkan lebih efektif.
Perubahan budaya kerja dalam perusahaan memang bukan hal yang mudah. Meski staf HR memiliki kemampuan negosiasi dan persuasi yang mumpuni, langkah yang diambil harus berdasarkan data yang valid sehingga memiliki pondasi kuat. Untuk menyediakan data terkait SDM ini, sangat disarankan menggunakan software HR terpadu seperti Mekari Talenta yang bisa merekam setiap data secara real time dan akurat. Dengan demikian, HR memiliki data yang kuat atas pengambilan keputusan yang dilakukan. Coba di sini sekarang!