Banyak Akuntan Mengalami Stres di Tempat Kerja, Apa Saja Penyebabnya?

Stres di tempat kerja kerap kali dirasakan oleh para akuntan perusahaan maupun lembaga keuangan. Seorang akuntan rentan mengalami stres karena pekerjaannya yang berkaitan dengan keuangan dituntut membutuhkan ketelitian yang tinggi. Bahkan tak jarang mereka harus lembur untuk menyelesaikan tugas-tugas kantor yang begitu kompleks. Banyak akuntan mengalami stres di tempat kerja. Apa sajakah bentuk stres kerja tersebut? Simak ulasannya di bawah ini!
Akuntan, Stres, profesi akuntan, lingkungan kerja, kerja stres, kerja lembur, kerja akuntan, stres kerja, accounting, akuntansiApa saja penyebab stres kerja yang biasa dialami akuntan di perusahaan? (Image Source: Unsplash)

  1. Kompleksitas laporan keuangan

    Meningkatnya kompleksitas dalam menyusun laporan keuangan dapat memicu seorang akuntan untuk mengalami stres di tempat kerja. Setiap harinya, seorang akuntan harus berurusan dengan angka-angka uang yang tidak terlihat dan membuka banyak sheet laporan. Menghadapi banyaknya tumpukan berkas-berkas keuangan perusahaan yang harus dihitung dan diinput secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel sering kali sangat melelahkan dan menguras banyak pikiran.

    Selain itu, akuntan juga harus menghapal rumus-rumus Excel dan berikut pengoperasiannya dengan sangat teliti agar tidak terjadi kesalahan sedikit pun. Standar laporan keuangan saat ini juga lebih banyak menjadi principled-based, bukan ruled-based lagi.

  2. Deadline berkejaran

    Banyak faktor penekan yang berpotensi menciptakan stres di lingkungan kerja. Bekerja sebagai seorang akuntan memang tidak mudah. Selain harus menghadapi tugas-tugas yang rumit dan kompleks, profesi akuntan juga dihadapkan dengan tantangan lainnya, yaitu deadline. Meningkatnya kebutuhan transparansi dan laporan keuangan perusahaan secara tepat waktu juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak akuntan mengalami stres kerja tingkat tinggi. Membuat laporan keuangan seperti neraca keuangan, laporan arus kas, dan laporan laba rugi sering kali begitu menyita waktu bila dilakukan satu per satu.

    Tekanan dan desakan waktu membuat akuntan juga sering diharuskan lembur untuk menyelesaikan semuanya tepat waktu. Sebisa mungkin stres kerja yang dialami akuntan harus ditangani agar tidak menimbulkan dampak negatif. Misalnya seperti terjadi hambatan maupun kekacauan dalam manajemen perusahaan maupun operasional kerja.

  3. Beban kerja berlebihan

    Banyak hal yang dapat memengaruhi akuntan sehingga mengalami stres di tempat kerja. Salah satu penyebab munculnya stres yaitu beban kerja akuntan yang berlebihan atau overload. Misalnya, akuntan diharuskan melakukan rekonsiliasi transaksi di pencatatan dengan rekonsiliasi rekening bank, memantau arus laba rugi, depresiasi aset, mencatat utang piutang, dan transaksi harian bisnis. Selain itu, seorang akuntan juga bertanggung jawab untuk menghitung profit, sales order, invoice pembayaran, laporan pajak bisnis, hingga pencatatan stock opname.

    Sering kali SDM akuntan di perusahaan dan beban kerja yang ada tidak seimbang. Banyak juga akuntan yang mengerjakan  tugas yang melebihi kapasitasnya. Beban kerja akuntan yang berlebihan ini sering kali dapat mengganggu produktivitas dan menurunkan kinerja. Hal ini tentunya harus segera diantisipasi agar tugas yang ada dapat diselesaikan sebaik mungkin dan tidak membuat perusahaan mengalami kerugian.

  4. Tekanan kerja dan kesibukan

    Pekerjaan seorang akuntan mengharuskan mereka untuk bekerja di kantor dengan jam kerja standar, yaitu pukul sembilan pagi hingga lima sore. Namun, bila sedang banyak tugas dan deadline yang ketat, seorang akuntan bisa bekerja lembur, bekerja di luar jam kerja normal, bahkan masih bekerja saat weekend. Menjadi bagian terpenting dari penggerak roda perusahaan juga membuat akuntan memikul tanggung jawab lebih dari karyawan divisi lainnya. Hal ini tentu saja membuat tekanan kerja berlipat ganda.

    Berada dalam kondisi tegangan tinggi seperti ini dapat berpotensi membuat akuntan menjadi kelelahan, stamina menurun, mudah jatuh sakit, dan sulit berkonsentrasi. Akuntan harus mampu meng-handle stres yang dimilikinya agar tidak mengganggu kenormalan aktivitas kerja dalam perusahaan. Karena bila stres mempengaruhi pekerjaan, bukan tidak mungkin akan banyak terjadi kesalahan pembukuan keuangan yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian.

  5. Tekanan sertifikasi profesi

    Untuk memenangkan persaingan, saat ini para akuntan di Indonesia dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Misalnya memilki sertifikasi kompetensi yang diakui internasional, seperti sertifikasi CPA (Certified Professional Accountant), CMA (Certified Management Accountant), CFA (Chartered Financial Accountant), yang juga berlaku secara internasional.

    Sertifikasi ini dibutuhkan sebagai bukti bahwa akuntan tersebut memiliki kompetensi yang berstandar internasional. Pendidikan lanjutan setelah menuntaskan S1 Akuntansi juga terbilang mahal. Profesi akuntan tidak cukup bila hanya mengandalkan kompetensi yang biasa-biasa saja atau sekadar memenuhi persyaratan minimal pendidikan profesionalisme berkelanjutan (PPL). Hal ini juga menjadi salah satu penyebab akuntan rentan mengalami stres kerja.

Itulah mengapa profesi akuntan rentan mengalami stres kerja di perusahaan. Namun, tak perlu cemas karena saat ini sudah ada software akuntansi online dari Jurnal yang akan membantu pekerjaan Anda. Semua fitur pembukuan telah tersedia secara lengkap, tak perlu lagi kerja lembur dan membuat laporan-laporan keuangan yang bertumpuk-tumpuk. Tinggal menyalin berkas yang ada ke dalam software, maka laporan keuangan perusahaan Anda akan tersaji dengan akurat dan juga lengkap. Ayo, hubungi sekarang dengan klik di sini!

WhatsApp WhatsApp Sales